Legenda

Sumur Gemuling Keramat di Komplek Makam Sunan Bejagung

Selain air yang diyakini mengandung keberkahan dan daya penyembuhan. Masyarakat juga mempercayai air sumur ini akan mendatangkan hukuman bagi siapa saja yang bersalah lewat sumpah pocong.

Membicarakan kedahsyatan ilmu Sunan Bejagung seperti tiada habisnya. Ulama besar sekaligus penyebar agama Islam di wilayah Tuban ini memang terkenal dengan kelebihan-kelebihan kemampuan diatas  manusia pada umumnya.  Salah satu peninggalan beliau adalah sebuah sumur yang diyakini dan dikeramatkan oleh para pengikutnya sampai sekarang ini.

Memasuki kompleks makam Sunan Bejagung Lor, Anda akan disambut oleh   gapura Supit Urang atau capit udang  dengan bentuknya yang khas. Di bagian atas gapura terdapat tulisan angka  1826, adalah tahun pembangunan gapura dan kemungkinan juga tahun renovasi masjid serta   tulisan dalam huruf Arab. Dibelakang masjid terdapat makam-makam kuno para ulama dan aulia  yang  memancarkan nuansa sakral dan mistis.

Asal Nama Sumur Gemuling

Di seberang makam tersebut terdapat sumur yang diperkirakan usianya sama tuanya dengan kompleks makam dan masjid.   Disebut sebagai sumur gemuling. Nama ini diambil dari cara menimba air dari dalam sumur yang digulingkan.  Sumur itu tampak unik dan berbeda. Cara menimba airnya dengan menggunakan semacam roda yang terbuat dari kayu dan berbentuk khusus dengan memutarnya atau menggulingkannya.

“Dengan menguling-gulingkan kotak kayu yang berfungsi sebagai roda, tali dan timba akan tergulung dan terangkat keatas. Berat sih, tapi bagi yang sudah biasa, cara ini adalah cara termudah untuk mendapatkan air bersih dari dalam sumur. Ajaibnya, sumur ini tidak pernah kering meski musim kemarau panjang. Mungkin ini juga karomah dari Sunan Bejagung,” kata Nur Ali juru pelihara makam.

Saat menggulingkan rangkaian kayu di atas sumur itu. Berat sekali rasanya. Padahal di as kayu itu sudah diberi lapisan pelumas.  Nur Ali, langsung mengambil alih tali dan timba. Tak lama kemudian setimba air sudah berada di bibir sumur. Luar biasa sepertinya sangat ringan dan cepat.

“Mungkin saya sudah terbiasa jadi kesannya ringan dan cepat. Tapi sekarang untuk mengambil air ini tidak bisa sembarangan. Demi alasan keselamatan masyarakat  sumur gemuling itu kini selalu tertutup.  Kalau tidak ditutup berbahaya terutama anak-anak yang sering bermain-main disekitar sini. Saya menduga, sumur ini memiliki kedalaman lebih dari 40 meter,” jelas Nur Ali.

Makna Spiritual Sumur Gemuling

Dan benar saja, saat melongok kearah sumur, Sumur itu sangat dalam   dengan dasar yang gelap.   Air dari sumur Gemuling itu diyakini berkhasiat bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit. “Setiap berziarah ke sini saya selalu menyiapkan dua jurigen untuk diisi air sumur gemuling. Manfaatnya banyak sekali mas. Untuk pengobatan terutama saat ada orang sakit akibat penyakit non medis, alias penyakit akibat ilmu hitam,” papar Wanto, seorang peziarah asal Rembang, Jawa Tengah.

Menurut Nur Ali, sumur ini memiliki makna vital dan spiritual bagi masyarakat Desa Bejagung. Selain karena sumur ini peninggalan Sunan, air sumur ini juga diyakini memiliki tuah mistis yang sangat besar. Dari sumur inilah masyarakat sekitar mengandalkan kebutuhan air bersih mereka. Sebagai bentuk penghormatan masyarakat pada kemurahan alam ini, pada hari-hari tertentu ada juga warga yang mengadakan selamatan dengan menghamparkan   tikar dan berdoa  di sekitar sumur tua yang selalu ditutup rapat bila sedang tidak digunakan  ini.

Sumpah Pocong

Selain air yang diyakini mengandung keberkahan dan daya penyembuhan, masyarakat juga mempercayai air sumur ini akan mendatangkan hukuman bagi siapa saja yang bersalah lewat sumpah pocong. Sumpah Pocong adalah tradisi dan budaya dalam masyarakat yang dilakukan sebagai langkah terakhir dalam menyelesaikan konflik dua pihak yang bertikai. Sumpah ini biasanya dilakukan didalam masjid Sunan Bejagung.

“Untuk pelaksanaan sumpah pocong tidak main-main.  Ritual ini dipimpin oleh ulama dengan disaksikan oleh aparat keamanan. Biasanya bila  salah satu dari kedua pihak yang bersengketa itu ternyata memberikan sumpah dan kesaksian yang palsu, diyakini sebuah azab dan bencana akan segera menimpanya dalam hitungan beberapa hari saja.  Penggunaan air sumur biasanya untuk wudhu atau diminumkan,” terang Ali.

Kini komplek Masjid Sunan Bejagung yang sudah dipugar dan direnovasi. Tak jauh dari masjid ini di bagian selatan  terdapat  bangunan pendapa  yang sudah  representatif dan berlantai keramik untuk tempat berkumpul para jamaah masjid atau peziarah. Di belakang pendapa ini  terdapat gapura kecil dengan bentuknya yang kuno.

Di belakang dan sekitar gapura ini terdapat tumpukan batu bata merah yang disusun dengan formasi tertentu. Selain itu juga terdapat dua bangunan pendapa di kanan kirinya dengan  beratapkan daun rumbia dan berlantai pasir. Pendapa dengan arsitektur tradisional  ini juga berfungsi sebagai tempat berkumpul dan beristirahat para peziarah. IC/VII/AND/14

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Share
Published by
Wisnu