Source : langgar.co
Sebagai Induk ilmu-ilmu Jawa Serat Centhini kerap dipakai sebagai rujukan kitab-kitab Kejawen berikutnya.
Kitab Centhini merupakan upaya besar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunagara III, untuk mendokumentasikan semua ilmu dan pengetahuan Jawa yang Adiluhung. Ditulis pada Sabtu Pahing 26 Sura 1742 Tahun Jawa atau 1814 Tahun Masehi. Yang mendapat tugas diantaranya Raden Ngabehi Yasadipura II (Raden Tumenggung Sastranagara ), abdidalem bupati pujangga kadipaten, Raden Ngabehi Sastradipura, abdidalem Kliwon carik kadipaten, dan Pangeran Jungut Mandurareja, pradikan krajan Wangga, Klaten Surakarta. Dan juga Kyai Kasan Besari, ngulama agung ing Gebangtinatar, Panaraga, menantu Sinuhun Paku Buwana IV, Kyai Mohamad Minhad, ngulama agung ing Surakarta, dan diketuai oleh Ki Ngabei Ranggasutrasna, abdidalem kliwon carik kadipaten.
Acuan penulisannya adalah serat “Suluk Jatiswara” yang ditulis pada masa pemerintahan Paku Buwono III pada 1711 Jawa. Nama serat ini aslinya “Suluk Tambangraras,” belakangan serta justru kondang disebut Sera Centhini yang diambil dari nama seseorang yang mengabdi kepada Niken Tambangraras istri Syeh Amongraga.
Serat Centhini berisi berbagai macam pengetahuan, antara lain; kawruh agama, sastra, seks, situs, pawukon, primbon, keris, obat dan lain sebagainya. Begitu lengkapnya hingga oleh sebagian ahli, kitab ini disebut sebagai Ensiklopedi Kebudayaan Jawa. Salah satu pengetahuan Jawa itu bisa dilihat ada Pupuh 22 dengan tembang Mijil. Pupuh ini mengisahkan perjalanan Raden Jayengresmi bersama kedua abdinya, Gathak dan Gathuk sampai di Tuban, di hutan Bagor.
Dalam perjalanan ketiga orang ini tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara meriam menggelegar bagaikan gempa.Bersamaan dengan suara tersebut, munculah seorang putri cantik yang mengaku bernama Kanjeng Ratu Mas Trengganawulan. Kanjeng Ratu Mas Trengganawulan adalah putri Prabu Brawijaya Pamungkas. Ketika Majapahit runtuh ia melarikan diri dan sampai di hutan Bagor wilayah Tuban. Saat pelarian di tengah hutan ini Trengganawulan mendapat perintah Sang Hyang Widdhi untuk menjadi penguasa atas para makhluk halus di seluruh Tanah Jawa.
Setiap hari Sukra Manis, Trenggana Wulan muncul di sendang Sugihwaras, tempat ia mandi, untuk menemui seseorang yang sedang menjalani laku tirakat.Kanjeng Ratu Mas Trengganawulan menuturkan kaweruh alam kepada Raden Jayengresmi, kaweruh tersebut diantaranya:
Source : pixabay
Pertanda Burung Dhandang
Menelisik pertanda alam melalui suara Burung Dhandhang. Burung dhandhang adalah jenis burung, berwarna hitam, posturnya bentuknya mirip burung Gagak tapi dengan dimensi yang lebih kecil.
Source : pinhome
Pertanda Burung Prenjak
Masih menurut Serat Centhini, pertanda alam bisa kuak melalui suara burung Prenjak.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia