• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Tradisi
  • Post last modified:28 Juni 2022
  • Reading time:4 mins read

Berasal dari permainan di dalam keraton, permainan yang melibatkan roh ini kemudian menyebar ke segala lapisan masyarakat.

Malam itu jatuh hari Jumat Kliwon, aroma pekatnya asap dupa menyegat dari bilik kerumunan orang yang duduk serius mengitari sebuah boneka berkepala tempurung kelapa. Sementara seseorang di antaranya, sebut saja sebagai dalang, terus mengucapkan mantera sambil memutar-mutar hio menyala di atas kepala boneka.

“Jaelangkung – jaelangse di sini ada pesta. Sengaja sesaji kupersembahkan kepadamu. Datanglah…datanglah, begitulah kira-kira mantera yang diucapkan dalang tanpa jeda. Tiba-tiba, di bawah tatapan mata semua orang yang hadir, boneka yang dipanggul dua orang tersebut melonjak-lonjak. Karena mau menyakinkan apa yang dilihat, sang dalang lalu bertanya; “Jaelangkung, jika engkau memang hadir mengangguklah.” Sungguh aneh, jaelangkung itu mengangguk-angguk seolah member isyarat perihal kehadirannya.

Jaelangkung adalah boneka yang berkepala siwur atau gayung dari tempurung kelapa, tangannya dari bambu serta perutnya dari keranjang kecil itu, sudah dimasuki roh halus. “lihat, ini bukan boneka lagi. Dia berubah barang hidup yang bisa diajak berdialog. Lihat saja matanya seperti manusia hidup,” ujar si dalang.

Benarlah, ketika si dalang menanyakan identitas yam jaelangkung menuliskan namanya dengan spidol yang sengaja dipasang di leher, pada papan tulis yang sudah disediakan; D U L

“Dari mana asal Pak Dul,” tanya si dalang. Jaelangkung beringsut mendekat ke papan tuis lalu menulis dari Desa A, Juwana, Jawa Tengah. Bahkan ketika di tanya sebab dan kapan meninggal? Boneka jaelangkung itu menjawab, 1991 karena sakit hati, tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang dimaksud.

Sulit dinalar, tiba-tiba jaelangkung itu seolah minta minum. Meski hanya dari bilah bambu, namun gerakan jealangkung itu terlihat luwes, ia mencelupkan kalung kunci di lehernya ke dalam gelas kopi yang sudah disiapkan bersama sesaji lainnya.

Itu adalah sekelumit dari adegan permainan jaelangkung. Permainan memanggil roh, yang mungkin bagi beberapa orang, bukan hal yang asing, masih banyak pula yang sulit untuk percaya. Apalagi kalau dicari pertanggungjawaban rasionalnya. Bagaimana mungkin boneka bisa melonjak-lonjak dan menulis?

Betapapun muskilnya, jaelangkung telah menjadi realitas tersendiri yang hidup, bahkan menjadi bentuk permainan rakyat, yang sampai sekarng masih bisa ditemui di beberapa pedesaan di Jawa.

Walau hanya dianggap permainan, namun jaelangkung dianggap berhubungan dan kental dengan aroma mistis. Konon, permainan jaelangkung akan semakin berhasil jika digelar di tempat-tempat angker, seperti di bawah pohon tua atau rumah kosong.

Permainan jaelangkung juga akan bertambah seru lagi kalau mempergunakan siwur bekas memandikan jenasah dan keranjang bunga tabur bekas pemakaman.

Boneka ini juga diberi anak kunci. Anak kunci yang dikalungkan di lehernya selain berfungsi sebagai alat untuk minum, juga memiliki peran penting lain, yakni penunjuk jalan bagi roh yang memasuki boneka.

Permainan mistis yang melibatkan roh orang mati, terbilang cukup berbahaya. Sebab yang datang bisa saja roh jahat. Roh seperti ini akan berulah aneh, seperti meminta syarat tertentu, bahkan jika tersinggung oleh pertanyaan konyol ia akan marah dan memukul penonton dengan kepalanya.

Namun jika hal ini terjadi, dalang atau para pemain yang menjadi pemimpin akan mengusirnya dengan mencambukkan daun sirih atau padi ke tubuh boneka.

Jenis roh yang hadir pun bisa dipilih, lelaki atau perempuan. Untuk menentukan jenis kelamin roh yang diundang, boneka tersebut cukup diberi pakaian dan rias wajah sesuai dengan yang dikehendaki. Jaelangkung bisa diajak kompromi, asalkan segenap permainannya sopan, apalagi lengkap sesajinya. Dulu semasa demam lotre, permainan jaelangkung hidup subur karena disalahgunakan untuk menebak nomor.

Lantaran jaelangkung tidak bisa bertutur, sang dalang seringkali mendapatkan kesulitan kalau yang masuk ke dalam boneka adalah roh buta huruf atau bangsa lain yang tidak mengerti bahasa setempat. Pernah ada sekelompok mahasiswa iseng membuat jaelangkung yang dirasuki roh oleh orang asing.

Roh itu menjawab berbagai pertanyaan dalang dengan menuliskannya dalam bahasa Inggris. Katanya, roh ini pernah tinggal di sebuah rumah di sekitar tempat permainan jaelangkung digelar saat itu. Ada pun penyebab kematiannya, karena kecelakaan kendaraan. Ternyata, informasi ini dibenarkan oleh beberapa orang tua yang tinggal di kawasan tersebut. IC/IV/AND/9.

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Komentar Untuk indonesia culture, indonesian culture, budaya indonesia, adat indonesia