Categories: Tradisi

Tradisi Ngempeken Tulan-tulan, Karena Leluhur Tetap Hidup (bagian 1)

Membersihkan dan meletakkan tulang-tulang sisa jenazah leluhur di tempat khusus adalah bentuk penghormatan tertinggi terhadap leluhur.

 

 

******<>********

 

 

 

Manjuah-juah kita kerina.” Ujar seorang lelaki paruh baya dengan lantang. Sebuah kalimat dalam bahasa Karo yang artinya “selamat sejahtera bagi kita semua” itu terdengar dari jambur, bangunan serupa pendapa, di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Kuta Buluh Simole, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

 

 

 

Di pendapa itu, belasan orang dewasa, laki-laki dan perempuan, yang mengenakan pakaian khas Karo, rose, berdiri membentuk formasi lingkaran kecil. Di pusat lingkaran, Adri Istambul Lingga Gayo memimpin rapat.  Dari mulutnyalah kalimat pembuka tadi berasal. Peserta rembugan itu adalah kaum kerabat yang terdiri dari atas tiga elemen: sembuyak atau sukuk (keturunan laki-laki), kalimbubu (golongan marga dari pihak ibu), dan anak beru (keturunan dari anak perempuan).

 

 

 

Rembug atau dalam bahasa setempat disebut runggun ini merupakan penegasan dan kelanjuran  dari rembug sebelumnya yang sudah pernah dilakukan. Intinya, rembug kali ini untuk meminta saran, pendapat dan persetujuan keluarga besar Sibayak Lingga karena akan  menggelar prosesi ngampeken tulan-tulan leluhur mereka; Raja Senina Lingga, yang mangkat 400 tahun silam.

 

 

 

 

 

 

 

 

Ritual sakral memindahkan tengkorak, source : jefri tarigan

 

 

 

 

 

Kekuatan Tengkorak

 

 

 

Ngampeken tulan-tulan berarti meletakkan tulang-tulang orang yang sudah dimakamkan ke tempat yang lebih baik. Tempat yang lebih baik yang dimaksud adalah , di atas para atau plafon geriten bangunan seperti sebuah gazebo. Khusus untuk Raja Senina Lingga, tulang yang tersisa hanya tengkorak yang disimpan selama 63 tahun di kurung manik atau rumah persinggahan.

 

 

 

Langkah penyimpanan sementara ini terpaksa dilakukan oleh keturunan Raja Senina Lingga karena pasca Indonesia merdeka, timbul gejolak politik yang sangat merugikan kerabat keluarga kerajaan. Tengkorak itu diselamatkan oleh keturunannya ketika terjadi amuk massa anti-kerajaan pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang membakar geriten raja-raja di Tanah Karo.

 

 

 

Diiringi tabuhan gendang singindungi, singanaki, gong, penganak dan alunan serunai yang melatunkan irama berperang, riwayat Raja Senina Lingga dibacakan. Puluhan kerabat duduk bersila memenuhi seluruh lantai seluas lapangan voli itu. Mereka semua mendengarkan dan menyimak dengan khidmat. Pembacaan riwayat ini menjadi begitu penting karena disinilah esensi dari leluhur itu berada. Segala sepak terjang semasa hidupnya harus diketahui oleh keturunannya, agar dapat menjadi contoh atau suri tauladan dalam bertindak. Usai beberapa sambutan dari perwakilan kerabat, mereka kemudian membentuk barisan menuju kurung manik.

 

 

 

 

 

 

Membersihkan tengkorang leluhur dengan lau penguras, source : jefri tarigan

 

 

 

Barisan berjalan beriringan mengitari kurung manik. Setelah memasuki rumah, seorang perempuan anak beru menaiki tangga untuk memanjat lemari gantung di bagian pangkal kurung manik. Di situlah terdapat peti kayu penyimpanan yang lebarnya 40 sentimeter. Di dalam peti kayu itu tersimpan tengkorak Raja Senina Lingga berbalut kain putih di dalam keranjang anyaman. Keranjang berisi tengkorak itu lantas diserahkan kepada kerabat Kalimbubu.

 

 

 

Tahap berikutnya adalah memangiri atau membersihkan tengkroak dengan lau penguras atau air perasan jeruk purut. Prosesi ini hanya boleh dilakukan oleh kerabat Kalimbubu. Tengkorak itu masih tampak utuh. Padahal tidak ada pengawet yang diberikan untuk menjaga keutuhan tengkorak. Menurut catatan yang diriwayatkan,  Raja Senina Lingga wafat pada usia 120 tahun.

 

 

 

Setelah seluruh permukaannya dibasuh, tengkorak tersebut dibungkus kembali dengan kain putih yang baru. Lantas tengkorak itu dimasukkan ke keranjang anyaman bersama mangkuk, piring, dan tikar pandan, barang-barang yang pernah digunakan Raja Senina Lingga semasa hidup. Berbagai sumber (bersambung) IC/IV/AND/1

 

 

Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia

Share