“Meski terlihat seperti senjata, kapak corong terlalu lemah untuk dapat digunakan sebagai senjata perang ataupun sebagai alat pertanian,”
************
Zaman prasejarah Indonesia secara umum terbagi menjadi dua, yakni zaman batu dan zaman logam. Pada zaman perundagian, manusia telah memiliki kemampuan dalam membuat alat-alat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Alat-alat tersebut terbuat dari berbagai logam seperti tembaga, besi, maupun perunggu.
Masyarakat di Asia Tenggara ditengarai tidak mengalami zaman tembaga, sehingga zaman neolitikum langsung disusul oleh zaman perunggu. Pada zaman perunggu ini, manusia telah menemukan logam campuran yang lebih keras dari tembaga. Campuran antara tembaga dan timah putih ini disebut perunggu. Logam campuran ini dapat dibentuk menjadi aneka peralatan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Cetakan kapak corong metode cetak batu, source : Alain R Truong
“Pada zaman ini, manusia mulai mengenal logam dan mencetaknya menjadi berbagai alat kebutuhan sehari-hari. Teknik pembuatan logam pada zaman perundagian terbagi menjadi dua, yaitu cetakan batu atau bivalve serta cetakan tanah liat atau cire perdue. Zaman perundagian terbagi menjadi tiga zaman berbeda, yakni zaman tembaga, zaman perunggu, serta zaman besi,” ungkap Reno Halsamer.
Salah satu benda hasil budaya zaman tersebut, adalah kapak corong. Benda ini ditemukan hampir merata di seluruh Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Papua hingga Kepulauan Selayar . Sebagai perkakas, kapak corong ini merupakan hasil budaya zaman perunggu, ± 500 tahun sebelum Masehi.
Para pakar arkelogi menilai bahwa kapak corong sebagai obyek-obyek perunggu paling pertama di Indonesia, kemungkinan besar adalah obyek disertakan pada saat adanya upacara keagamaan atau upacara ritual pada zamannya.
Objek perunggu ini juga membuktikan adanya kontak-kontak, entah itu kontak dagang atau migrasi perpindahan orang dari lokasi satu atau pulau satu ke pulau yang lain di wilayah Indonesia. Ada juga kemungkinan objek-objek perunggu ini diimpor dari pulau-pulau di Indonesia karena tidak semua pulau memiliki sumber daya atau pertambangan tembaga atau timah. Kedua bahan ini harus ada sebagai bahan utama di pembuatan objek peerunggu.
Obyek kapak berbahan perunggu yang digunakan upacara ini terus berkembang dan dikembangkan ketika peradaban Indonesia memasuki zaman pra-klasik. Zaman pra klasik ini dihitung mulai dari abad ke-1 hingga abad ke-2 Masehi. Selama periode ini, kerajinan atau pembuatan cetakan perunggu sangat berkembang terutama di Bali dan Pulau Jawa.
Para perajin kapak perunggu berperan dalam pembuatan berbagai jenis benda perunggu di Indonesia, termasuk kapak perunggu upacara. Bentuk-bentuk dan model kapak perunggu yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia adalah kapak corong dengan bentuk ekor walet yang banyak ditemukan di Jawa. Demikian juga dengan kapak perunggu upacara berukuran besar, dan kapak perunggu berbentuk pisau melengkung seperti bulan sabit yang ditemukan dalam berbagai ukuran.
Temuan-temuan kapak perunggu itu membuat para arkeologi berkesimpulan telah ada perdagangan antar pulau di Indonesia sudah terjadi sejak di milenium pertama. pusat produksi benda perunggu ini dan berbagai situs yang menunjukkan penggunaannya dalam sebuah upacara menunjukkan perdagangan antar pulau yang berkembang merata di seluruh Kepulauan Indonesia.
Kapak ini dikenal sebagai kapak corong, karena bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah, dan didalam bentuk corong itulah tempat memasukkan tangkai kayu yang menyiku dengan bidang kapak sebagai pegangan tangan.
“Ada yang menyebut, kapak corong ini sebagai kapak sepatu. Hal ini karena sepintas, kapak ini bentuknya seolah-olah sepatu yang tangkainya disamakan dengan kaki manusia. Kapak corong digunakan sebagai sarana upacara ritual. Menurut penelitian arkeologi, kapak upacara ini terus dikembangkan saat Indonesia masuk abad ke-1 hingga abad ke-2 Masehi,” jelas founder dTopeng Kingdom Foundation ini pada Indonesia Cultures.
Selama periode itu, imbuh Reno, industri pencetakan perunggu berkembang pesat, terutama di Jawa dan Bali. Salah satunya adalah benda koleksi miliknya yang ditemukan di Jember, Jawa Timur. Industri-industri ini mungkin berperan dalam pembuatan berbagai jenis benda perunggu di Indonesia, termasuk kapak perunggu upacara.
Kapak perunggu upacara berukuran besar, dan kapak perunggu berbentuk pisau melengkung yang ditemukan dalam berbagai ukuran. Ada berbagai bentuk kapak perunggu upacara yang ditemukan di Indonesia. Kesamaan antara kapak perunggu satu dengan lainnya adalah pola-pola artistiknya yang dibuat dengan sangat detail dan desainnya yang tidak praktis untuk dapat digunakan sebagai alat pertanian atau sebagai senjata perang.
“Kemungkinan, kapak perunggu upacara digunakan sebagai bejana air karena berongga, atau digantung dan dipukul sebagai instrumen perkusi. Benda ini dipastikan diberikan turun-temurun dalam keluarga sebagai benda pusaka. Meski terlihat seperti senjata, kapak tersebut terlalu lemah untuk dapat digunakan sebagai senjata perang ataupun sebagai alat pertanian,” ucapnya mengakhiri wawancara. IC/VI/AND/26
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia