Indonesian Islamic Art Museum atau Museum Islam di Lamongan, Jawa Timur, menyimpan beragam koleksi sejarah peradaban Islam hingga masuk ke Nusantara. Namun ada satu koleksi yang terbilang unik dan mungkin tidak ada di museum lain selain di Museum Islam Lamongan. Pengunjung akan menemukan sosok ksatria Mamluk bertameng di atas kuda besi.
Kisah Ksatria Mamluk
Buku History of The Arabs karya Philip K. Hitti, menyebutkan Mamluk adalah dinasti yang luar biasa. Mereka beradal dari budak-budak berbagai ras yang akhirnya membentuk suatu pemerintahan dan kerajaan. Dinasti Mamluk (1250-1517 M) menggantikan dinasti Ayyubiyah di Mesir, nama Mamluk bermakna hamba sahaya ketika para panglima yang memegang kekuasaan ketentaraan berasal dari hamba sahaya yang dibeli lalu diasuh semenjak kecil dan dilatih.
Kaum Mamluk dilatih sebagai tentara berkuda. Mereka harus mematuhi Furisiyyah, aturan sebagai prajurit seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin mengenai strategi berperang dengan menunggang berkuda, ketrampilan memanah dan juga kecermatan dalam merawat luka atau cedera.
Tentara Mamluk ini hidup di dalam komunitas tertutup. Ketika ada waktu luang, mereka isi dengan permainan-permainan yang meningkatkan keterampilan memanah dan juga persembahan kemahiran berlaga di medan perang. Latihan yang intensif dan ketat diperuntukkan terutama pada anggota baru yang akan memastikan bahwa kebudayaan Mamluk ini berlanjut.
Setelah tamat latihan, tentara Mamluk ini dimerdekakan tetapi mereka harus setia kepada khalifah atau sultan. Mereka mendapatkan komando terus dari khalifah atau sultan. Tentara Mamluk selalu dikerahkan untuk menyelesaikan perselisihan antara suku setempat. Pemerintah setempat, seperti Amir juga mempunyai pasukan Mamluk sendiri tetapi lebih kecil dibandingkan pasukan Mamluk Khalifah atau Sultan. Pada mulanya, status tentara Mamluk ini tidak boleh diwariskan dan anak lelaki tentara Mamluk dilarang mengikuti jejak langkah ayahnya.
Di sebagian kawasan seperti Mesir, tentara Mamluk mulai menjalin hubungan dengan pemerintah setempat dan akhirnya mendapat pengaruh yang luas. Kemajuan di bidang Ilmu kemiliteran Masa-masa dinasti Mamluk ini dapatlah dikatakan mengalami kemajuan di berbagai bidang, diantaranya adalah kemajuannya di bidang militer.
Pada suatu masa, orang-orang ini berhasil merebut tahta dan mendirikan Dinasti Mamluk. Prajurit Mamluk terdiri atas pejuang-pejuang Islam yang perkasa. Sejarah peradaban Islam mencatat, kehebatan pasukan berkuda Islam telah menjadi kunci kemenangan dalam berbagai pertempuran penting.
Reno Halsamer, pendiri Museum Islam Lamongan, mengungkap bahwa seluruh koleksi bernafaskan Islami dapat menginspirasi generasi muda untuk semakin menghargai dan mencintai sejarah, terutama tentang kejayaan peradaban Islam baik di Nusantara maupun dunia. IC/AND/XVI/09