• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:2 Desember 2022
  • Reading time:3 mins read

Tidak banyak yang tahu, jika Majapahit adalah kerajaan yang berbasis pada pengendalian air. Teknik bangunan demikian hebat hingga mampu bertahan terhadap melimpahnya debit air yang datang setiap tahunnya, baik itu dari hujan atau banjir hulu dari sungai-sungai yang mengalir ke arah kota raja.

Temuan  bangunan air seperti waduk, kanal, kolam, dan saluran air, bahkan masih bisa dilihat sampai sekarang. Hal ini membuktikan Negara Majapahit sangat berkepentingan dengan aliran air untuk pengairan atau irigasi pertanian, penampungan air saat musim kemarau serta pengendalian banjir.

Menurut penelitian, sedikitnya sudah ditemukan 20 waduk  kuno yang membentang antara Gunung Welirang, Anjasmoro dan Arjuno. Beberapa situs waduk itu antara lain Waduk Kumitir, Baureno, Domas, Kraton, Temon dan Kedung Wulan. Waduk-waduk tersebut terkoneksi dengan kota Majapahit yang berada tepat ditengah Kali Brangkal di sisi timur dan Kali Gunting di sebelah barat.

Waduk terbesar adalah Waduk Baureo yang terletak hanya 0,5 km dari pertemuan Kali Boro dan Kali Landean. Masyarakat menyebut waduk atau bendungannya  dengan sebutan Candi Lima. Tak jauh dari Candi Lima, terjadi tempuran atau  gabungan  Kali Pikatan, membentuk Kali Brangkal.

Memang bekas waduk ini sekarang hanya merupakan cekungan alamiah yang ukurannya besar dan dialiri oleh beberapa sungai. Senasib dengan Waduk Baureno, waduk-waduk lainnya sekarang telah rusak dan tak berbentuk,  yang terlihat hanya berupa cekungan alamiah, seperti  Waduk Domas yang terletak di utara Waduk Baureno. Atau Waduk Kumitir masyarakat biasa menyebutnya  Rawa Kumiti, yang terletak di sebelah barat Waduk Baureno; Waduk Kraton yang terletak di utara Gapura Bajangratu; dan Waduk Temon yang terletak di selatan Waduk Kraton dan di barat daya Waduk Kumitir.

Selain  waduk-waduk atau bendungan tadi,  di Trowulan (ibukota Majapahit) juga ada  tiga kolam buatan besar yang letaknya berdekatan. Ketiga kolam tersebut yakni Kolam Segaran, Balong Bunder, dan Balong Dowo. Kolam Segaran mendapat pasokan  air dari kanal   yang berasal dari Waduk Kraton. Kolam Balong Bunder sekarang merupakan rawa yang terletak 250 meter di sebelah selatan Kolam Segaran. Sementara Balong Dowo juga merupakan rawa yang terletak 125 meter di sebelah barat daya Kolam Segaran.

Jika melihat ukuran dan besar dari ketiga kolam tersebut, terlihat bagaimana Majapahit memiliki pasokan air yang berlimpah yang perlu dikendalikan untuk kebutuhan masyarakat. Masalah terbesar dari air ini adalah sulitnya untuk membangun bangunan yang berhubungan dengan air.

Karena itu hanya Kolam Segaran yang diperkuat dengan dinding-dinding tebal di  empat sisinya. Begitu besarnya kola mini, menjadikan ia dinamai kolam segaran atau kolam lautan. Kolam segaran menjadi menjadi bangunan air paling monumental di Kota Majapahit. Bersambung/IC/AND/XII/07

 

Komentar Untuk Majapahit, Kerajaan Pengendali Air (1)