Lokasi yang strategis membuatnya jadi incaran banyak bangsa. Sampai akhirnya VOC membangun benteng untuk mengamankan bisnis ladanya dengan Kesultanan Banjar.
***************
Nama Tatas sebenarnya berasal dari dari kata watas atau batas dalam bahasa daerah. Wilayah Tatas adalah wilayah Kesultanan Banjar yang berbentuk delta yang oleh masyarakat sekitar disebut Pulau Tatas. Lokasi delta ini pada persimpangan antara Sungai Martapura dengan Sungai Antasan.
Karena berada di muara, lokasi ini menjadi sangat strategis. Hampir semua armada dagang asing seperti Portugis, Inggris, Belanda, Cina, Melayu, Bugis, hingga Jawa, lego jangkarnya di Bandar Tatas.
Ada banyak kepentingan bisnis di Banjarmasin, Kerajaan Banjar memiliki komoditas utama lada, dan hasil hutan lainnya. Komoditas lada inilah yang mengundang keinginan bangsa-bangsa barat untuk mendapatkan hak eksklusif dalam memperdagangkan lada. Mereka juga berlomba untuk mendapatkan tetap menetap untuk membangun kantor perwakilan.
Sisa meriam peninggalan Benteng Tatas, Source: fb
Armada dagang VOC pertama kali datang ke Banjarmasin pada 1606. VOC tertarik untuk menguasai lahan di perairan Sungai Barito, yang berdekatan dengan muara Sungai Kuin, dekat dengan kediaman Sultan Banjar.
Hingga kedatangan kali kedua pun, VOC belum melirik Tatas untuk membuat kantor dan benteng pertahanan. Baru pada 1747 VOC menyewa lahan di Tatas dengan kontrak sewa menyewa dengan Sultan Banjarmasin.
VOC lantas membangun perkantoran atau loji Pulau Tatas. Namun pada 1756, terbit perjanjian baru antara Sultan dengan Johan Andreas Para Vinci. Kepemilikan wilayah Tatas beralih dari VOC ke EIC. Sultan Banjar mengizinkan Inggris untuk membangun sebuah benteng batu berbentuk pentagon, dengan empat bastion, dua di sisi sungai dan dua di sisi daratan, kemudian diberi nama Fort Tatas.
Ilustrasi Benteng Tatas saat dikuasai VOC
Waktu terus berjalan, pada 1786-1787, Sultan Banjar menyerahkan kedaulatan kepada VOC. Wilayah Banjarmasin adalah kekuasaan VOC. VOC lalu mendirikan benteng dan pusat pemerintahan di Tatas. Di atas wilayah Tatas dibangun pemukiman orang-orang Belanda, kanal, rumah sakit, alun-alun dan gudang. Di luar benteng, berdiri kampung-kampung yang dihuni oleh berbagai macam etnis.
Pada 1876 diputuskan untuk merombak Benteng Tatas lama dengan gedung baru di lokasi yang sama. Benteng dirombak pada masa Gubernur Jenderal Willem Rooseboom pada Desember 1901. Pada 1942, untuk mencegah benteng ini manfaatkan oleh Jepang, Pemerintah Hindia Belanda membumi hanguskan benteng Pasar Sudimampir, dan Pasar Lima dibakar habis.
Pada masa kemerdekaan, benteng ini dipakai sebagai asrama tentara. Pada 1981, karena kondisi benteng yang terus rusak pemerintah daerah memutuskan membangun Masjid Sabilal Muhtadin di situs Benteng Tatas. IC/III/AND.
Ingin tahu info-info tentang sejarah Indonesia, indonesia culture dan beragam budaya yang ada di negara ini. ayo kunjungi saja www.indonesiancultures.com disini kamu akan belajar banyak tentang budaya, adat yang pernah ataupun terjadi di Indonesia