• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:26 September 2023
  • Reading time:4 mins read
source : ancient mataram

 

Maha Karmawibhangga merupakan patung relief yang terletak di kaki Candi Borobudur, dimulai dari Tenggara dan berputar searah jarum jam ke Barat Daya, Barat Laut, Timur Laut dan berakhir di Timur. Dalam arti kata, karma berarti perbuatan. Sedangkan wibhangga artinya gelombang atau aliran. Karmawibhangga artinya serangkaian perbuatan yang serupa dengan hukum sebab akibat.

Naskah Maha Karmawibhangga di kaki Candi Borobudur menceritakan tentang etika dan moralitas dunia.Setiap pikiran, emosi, perkataan dan tindakan pasti membuahkan hasil tertentu, baik kebahagiaan maupun ketidakbahagiaan. Hal ini seperti hukum menabur dan menuai: siapa yang menabur, ia akan menuai.

Terdapat sekitar 160 bingkai Maha Karmawibhangga yang terpampang di dasar candi dan hanya sedikit relief yang kini terlihat dari sudut bawah candi. Relief pada candi ini memberikan sumber informasi penting tentang keadaan masyarakat Jawa kuno antara abad ke-9 hingga ke-10 Masehi.

Banyak informasi yang dapat diperoleh dari relief tentang kehidupan lampau.Saat itu senjata yang digunakan adalah ketapel dan parang. Ada pula alat untuk saling bergerak, roda, pakaian, perhiasan, payung, arsitektur desa dan istana, binatang buas, hewan peliharaan, tumbuhan dan aktivitas wanita pada masa itu.

Relief Lalitavistara, source : kemendikbud

 

Lalistavistara

Lalitawistara terdiri dari 120 bingkai yang menggambarkan kisah hidup Buddha. Relief tersebut menceritakan kisah hidup Sang Buddha mulai dari masa menjadi calon Buddha (Bodhisattva) yang tinggal di surga Tusita, hingga menjadi pangeran kerajaan Sakya, putra Raja Sudhodana dan Ratu Mahayama di ibu kota Kapilawastu atau sekarang. disebut Nepal dan berakhir ketika Buddha kembali.

Jataka dan Awadana.

Jataka dan Awadana adalah masa dimana sebelum Sang Buddha lahir sebagai Pangeran Siddharta, beliau dilahirkan di kehidupan sebelumnya sebagai binatang atau sebagai manusia.  Kisah hidup ini terdapat dalam kitab Jatakmala. Melalui Jataka Sutra, Bodhisattva menunjukkan kepada kita bahwa mengumpulkan pahala dan menyempurnakan amalan (paramita) merupakan syarat mutlak sebagai bagian dari tahap persiapan dalam upaya mencapai tingkat Kebuddhaan. Sedangkan Awadana sendiri mirip dengan Jataka.

Semua cerita ini menggambarkan bagaimana mereka yang menjadi umat Buddha harus berusaha mengumpulkan banyak kebajikan, bahkan di kehidupan mereka sebelumnya. Ada enam kesempurnaan (paramita) hidup yang harus dilalui, antara lain: paramita dana (memberi), sila (disiplin moral), kshanti (kesabaran), virya (pikiran), dhyana (konsentrasi batin), dan prjana (kebijaksanaan).Gandawyuha.Gandawyuha terdiri dari 640 relief yang menggambarkan cerita dari Avatamsaka Sutra. Buku tentang Buddhisme Mahayana ini diakhiri dengan bagian Bhadracari.Bagian ini mempunyai arti atau arti yang sangat penting dalam keseluruhan makna Pagoda Borobudur.

Relief Sudhana, source : borobudur park

 

Sudhana muda, putra seorang saudagar kaya, yang memilih jalan hidup Bodhisattva.Dalam ikhtiarnya mencapai kebijaksanaan tertinggi dan mencari kalyana mitra yang diperlukan, beliau mengarungi lautan, mendaki gunung-gunung tinggi, mengunjungi sederet resi bestari, guru spiritual, pendeta, filosof, pertapa dan semua orang yang bersedia membagi ilmunya.

Sudhana dalam perjalanannya akhirnya bertemu Samantabhadra dan menerima nasehat yang dicarinya. Samadhi menyentuh kepala Sudhana dan pada saat itu pengembara mencapai tingkat Samadhi tertinggi. Pada deretan 72 panel relief yang membentang sepanjang lorong keempat menggambarkan wejangan Samantabhadra. Kisah-kisah yang penuh dengan pemaparan mukjizat dan penampilan ajaib para Buddha dan Bodhisattva, ditutup dengan perolehan. Pengetahuan tertinggi akan kebenaran sejati. Wejangan ini akhirnya dikenal sebagai Bhadracaria Pranidana Raja.

Panca Tathagata. Candi Borobudur merupakan sebuah candi Tantrayana ditandai dengan adanya kelima Tathagata. Tathagata merupakan kelompok yang terdiri atas lima kekuatan kosmis yang ditata menurut keberadaan mata angin pokok. Masing-masing Tathagata menghadap ke arah masing-masing arah mata angin dengan mudranua (sikap tangan). Kelima Tathagata ini berada di dalam relung, yang ditempatkan di atas pagar langkan dari teras persegi. Ada lima nama Buddha bagi Tathagata yaitu Aksobhya, Ratnasambhawa, Amitabha, Amoghasiddhi, Vairocana. Kelimanya berturut-turut menghadap kea rah timur, selatan, barat, utara serta tengah. Makna dari Tathagata ialah meskipun sudah mencapai tahap ke-Buddha-an seseorang tetap memiliki kewajiban untuk mengajarkan Dharma kepada semua makhluk hidup di dunia. IC/AND/XII/17

 

 

 

 

Komentar Untuk Makna Sutra Mahayana – Tantrayana Borobudur