Salah satu indikasi kemajuan dari sebuah kerajaan adalah penggunaan dan pemanfaatan teknologi. Majapahit membukti sebagai kerajaan yang sangat maju secara teknologis pada masanya. Salah satu industri yang sangat berkembang di Majapahit adalah industri logam.
Industri logam telah ada sejak dahulu, hal ini berlangsung terus pada masa Majapahit. Prasasti Madhawapura menyebutkan berbagai jenis pandai (pande) antara lain, pandai wsi (pandai besi,) apandai dadap (pandai perisai), apandai mas (pandai emas), apandat salaka (pandai selaka), apandat tamwra (pandai tembaga), apandat singya-singyan (pandai pembuat benda tajam), apandat dang (pembuat alat memasak) dan seterusnya.
Begitu hebatnya teknologi besi itu, bahkan beberapa hasil karya para pandai tersebut di antaranya dapat dijumpai hingga kini. Dari berbagai jenis artefak logam yang dihasilkan artefak logam dari perunggu ternyata paling banyak ditemukan di Indonesia dibandingkan dengan artefak logam lainnya. Logam perunggu pada dasarnya adalah campuran antara elemen pokok tembaga dengan timah putih dan adakalanya masih ditambahkan elemen lain seperti timah hitam, seng, atau elemen lainnya dalam jumlah yang relatif kecil. Artefak-artefak perunggu tersebut antara lain berupa arca, periuk, talam, serta benda-benda upacara lainnya.
Terbatasnya data dan temuan artefak, teknologi industri pande besi dan teknologi benda-benda tembikar adalah jenis teknologi Majapahit yang masih mampu dilihat sampai sekarang. Teknologi pande logam khususnya pande besi dapat diketahui pada relief Candi Sukuh didaerahKarang Anyar, Jawa Tengah dari abad XV M.
Dari gambaran yang ada dapat diketahui alat-alat yang digunakan dan alat-alat yang dihasilkan. Dari alat-alat yang digunakan serta posisi masing-masing tokoh dalam relief tersebut dapat diketahui cara pengolahan besi.
Terlihat dua orang pekerja (satu orang pengubub dan satu orang pande). Pada salah satu bangunan di Candi Sukuh adalah ububan, suptt/sapit, palu, paron, dan Sukuh digambarkan dua tokoh saling berhadapan. tatah atau kikir. Sapit adalah alat untuk menyapit Tokoh di sebelah kanan (selatan) digambarkan berdiri alat-alat yang akan ditempa, baik dalam perapian menghadapi sebuah ububan (alat pengembus udara) maupun sedang ditempa. Palu alat untuk memukul dengan kedua tangannya memegangi kedua tongkat bahan tempaan agar tipis dan padat, juga untuk ububan. Tokoh yang ada di kiri (utara) dalam posisi membentuk alat-alat tersebut . Paron adalah duduk jongkok dengan kedua kaki terbuka, sedang landasan benda tempaan.
Ukurannya alat-alat tersebut mempunyai ukuran relatif kecil dibanding dengan alat-alat yang berada pada papan di bawahnya, tetapi mempunyai bentuk yang artistik. Pada papan yang kedua, di bawah kelompok pertama terdapat beberapa macam alat yang mempunyai ukuran lebih besar. Pada papan yang ketiga, paling bawah terdapat jenis-jenis alat berukuran kecil panjang.
Di antara kedua tokoh tersebut terdapat relief yang menggambarkan seorang manusia berkepala gajah, dengan posisi berdiri di atas satu kaki membelakangi tokoh yang memegang tongkat ububan. Tokoh manusia berkepala gajah digambarkan berdiri di depan ububan, tepatnya di tempat keluarnya api dari ububan. Tangan kanan memegang seekor binatang sedangkan tangan kiri memegang ekor binatang tersebut.
Sebagai latar belakang gambar binatang tersebut tampak adanya gambar yang seperti lidah api. Kalau kedua tokoh yang pertama digambarkan lengkap dengan pakaian dan perhiasan, tetapi tidak demikian halnya dengan tokoh manusia berkapala gajah, hanya ada surban di kepalanya. Dengan adanya relief pandai besi pada suatu candi, menunjukkan bahwa golongan pekerja itu mempunyai peranan dan kedudukan penting dalam menunjang kehidupan suatu kerajaan.
Gambaran tentang proses pengerjaan pande besi dapat diketahui pula dalam kitab Korawasrama. Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa dalam Ke ki kelompok kerja pande besi adalah seorang yang berstatus empu, antara lain disebutkan demikian: ? … salwiran ing katunu pinaka de sang empu pande … “. Dia adalah pimpinan dari kelompok itu dan tugas dalam melaksanakan pande adalah tukang tempa, tetapi untuk penempaan terakhir.
Di Candi Sukuh paron tangan kiri memegang sebuah tongkat panjang yang diletakkan bersama-sama dengan atau sekelompok disodorkan ke arah tempat keluarnya api dari ububan dengan palunya. Jenis alat lain yang terdapat di Candi Sukuh adalah tatah, sedangkan alat-alat yang tidak alat senjata yang diletakkan pada tiga papan dalam tampak adalah gerinda, palungan (tempat air), gurdi atau alat bor. Semua alat-alat tersebut masih dapat dilihat dan terus dipergunakan sampai sekarang. IC/AND/XIII/17