Setiap Negara atau kerajaan pasti memiliki lambang. Selain berfungsi sebagai identitas, lambang juga sebagai tanda kebesaran sebuah kerajaan. Demikian hal dengan Majapahit, Rajasa Lancana atau lambang negara Majapahit disebutkan dengan jelas dalam Nagarakretagama pupuh 18 bait 4.

Selain Nagarakretagama, panji merah putih dapat dilihat di prasasti Kudadu yang berangka tahun pembuatan 1294 M. Angka tahun ini mengisyaratkan panji-panji atau lambang kerajaan Majapahit tersebut sudah ditetapkan dan dipakai pada masa-masa awal berdirinya kerajaan Majapahit. Itulah sebabnya banyak ahli yang menyebut prasasti Kudadu ini sebagai piagam merah putih atau piagam yang melegitimasi berdirinya kerajaan Majapahit.
Dijelaskan pada prasasti tersebut, Raden Wijaya dikejar oleh pasukan Jayakatwang (Kediri) yang membawa bendera merah putih,
“hana ta tuṅgulniṁ atru layū-layū katon·vetani hañiru[h], bāṁ lāvan putiḥ varṇnanya,” prasasti Kudadu 4v baris ke-3.
Ketika tiba-tiba musuh terlihat di sebelah timur Hanyiruh, membawa panji-panji warnanya merah dan putih..
Hal ini menandakan sebelum digunakan oleh Majapahit, kerajaan Singhasari dan Kediri sebenarnya juga sudah menggunakan panji merah putih dalam setiap kegiatan kerajaan. Artinya secara turun temurun, kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dan Nusantara sudah familiar dengan panji merah putih.

Demikian juga dengan Prabu Hayam Wuruk ketika melakukan lawatan ke seluruh negeri Majapahit, panji-panji berwarna merah putih dicatat digunakan sebagai penanda rombongan. Hal ini dapat dibaca pada Nagarakretagamadi pupuh 18 bait 2–4.
Dari terjemahan, warna dan lambang-lambang yang digunakan Majapahit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Dicatat bahwa saat raja Hayam Wuruk mengadakan perjalanan keliling Jawa Timur. Kereta raja memiliki cihna atau tanda pengenal berupa lambang wilwa sebutan untuk buah maja dalam bahasa Sanskerta. Buah maja yang bulat mungkin diasosiasikan dengan posisi raja dan ibu kota Majapahit sebagai pusat dari mandala Majapahit.
Selain buah maja, kerata raja juga dihias dengan warna merah dan putih sebagai panji-panji. Demikian juga dengan kereta-kereta lain juga menggunakan aneka bendera dan tanda warna. Merah dan putih dipakai sebagai warna kajang yang artinya adalah penutup atau tirai samping kereta. Kajang juga dapat dipakai sebagai atap berbentuk setengah bulatan yang terbuat dari daun lontar yang dianyam. Pemilihan kombinasi warna merah-putih ini karena dianggap sebagai lambang yang paling mulia bagi raja.

Selain sebagai bendera atau panji, warna merah dan putih ini juga diaplikasikan sebagai Lobheng lewih atau motif hiasan untuk lukisan, gambar, atau tekstil. Kombinasi warna pada motif ini disebut gula-kalapa. Kombinasi merah dan putih dianggap paling agung di Jawa.
Panji-panji atau dalam bahasa Jawa kuno disebut dwaja atau dhwaja memiliki warna simbolis, dengan merah-putih (gula-klapa) menjadi kombinasi yang paling luhur. Hal ini juga yang diadopsi oleh Presiden pertama Republik Indonesia IR Soekarno dengan menggambar panji-panji maritim Indonesia menggunakan selang seling warna merah putih sebagai Sang Getih-Getah.
Tradisi ini dilestarikan oleh Angkatan Laut Republik Indonesia mengambil paduan warna merah-putih dikibarkan di setiap Kapal Republik Indonesia (KRI) sebagai bendera maritim atau lencana perang dan pennon (tanda) pada masing-masing kapal perang. IC/AND/XIII/07