• Post author:
  • Post comments:0 Comments
  • Post category:Historica
  • Post last modified:24 April 2023
  • Reading time:3 mins read
source ; kompas

 

Prasasti Blanjong berada di Pura Blanjong,  wilayah Banjar Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar, Bali. Terbuat  dari bahan batu padas orang biasa menyebutnya sebagai  sila prasasti. Wujud dari prasasti ini adalah tiang batu berbentuk  bunga teratai. Ukuran prasasti ini terbilang jumbo dengan tinggi 177 cm serta memiliki  garis tengah sekitar 62 cm.

Prasasti Blanjong memiliki tulisan yang dipahat pada kedua sisinya. Pada sisi barat laut, tertulis  6 baris tulisan, memakai aksara Pre-Nagari yang biasa dipakai di India Utara dan dan bahasa Bali Kuna (sisi A). Pada sisi tenggara,  tertulis  13 baris tulisan, menggunakan huruf Bali Kuna atau  Kawi dan bahasa Sansekerta (sisi B).

Prasasti Blanjong dikeluarkan oleh Raja Sri Kesari Warmadewa pada bulan Phalguna atau bulan ke 12 tahun  835 Caka (911 M). Merujuk pada  paleografinya, bentuk huruf yang digunakan pada prasasti Blanjong ini sejaman dengan prasasti-prasasti singkat yang ditemukan di Candi Kalasan di Jawa Tengah. Aksara atau huruf yang dipakai sangat umum digunakan di India Utara dan berkembang di Indonesia pada sekitar abad VIII dan IX.

source : kemdikbud

Prasasti Blanjong sejatinya tanda kemenangan alias  Jaya Stamba atau  Jaya Cihna atas musuh-musuh Raja Sri Kesari  di daerah Gurun (Nusa Penida) dan Swal (Pantai Ketewel).  Dari unsur bahasa dan tulisan yang menggunakan  dua bahasa dan dua huruf menunjukkan adanya kemahiran, penguasaan, dan wawasan pengetahuan masyarakat pada masa kerajaan Sri Kesari Warmadewa abad X Masehi.

Prasasti ini terbilang unik dan mungkin  satu-satunya ditemukan di Bali hingga saat ini. Umumnya, prasasti yang ada di Bali ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta huruf Pre Nagari, atau menggunakan bahasa Bali Kuna huruf Bali Kuna (Kawi). Sementara prasasti Blanjong dibuat dengan dua bahasa dan dua sistem aksara. Istimewanya   dari Prasasti Blanjong adalah penggunaan sistem silang dalam penulisan huruf dan bahasanya. fakta ini menunjukkan bahwa si penulis prasasti atau citralekha adalah sosok yang  mahir dalam pengetahuan berbahasa dan dalam tata tulis serta penggunaanya. Hal ini terlihat dari  kedua jenis bahasa dan huruf tersebut, dan kemahiran ini tentu hasil belajar serta   latar budaya yang berlaku pada masa itu dan tradisi sebelumnya.

Prasasti atau Stamba Jaya ini mengungkapkan kearifan di bidang politik atau  kekuasaan  dengan menguraikan  keberhasilan raja dalam mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan Swal. Selain itu data prasasti ini juga  mengindikasikan kekuasaan Raja cukup luas dan mungkin mencapai   seluruh wilayah Bali. Prasasti itu juga menulis  tentang kutukan atau  sapata  yang ditujukan kepada orang-orang yang melanggar isi prasasti tersebut. Dari sini terlihat bagaimana  Raja Sri Kesari Warmadewa memerintah dengan tegas dan bijaksana serta menjunjung supremasi hukum.

Prasasti Blanjong baru ditemukan Stutterheim pada sekitar  1930 dengan kondisi yang  sudak agak aus bahkan ada beberapa baris hurufnya hilang. Terdaftar sebagai cagar budaya, prasasti ini pernah  beberapa kali dikonservasi serta telah dibuatkan bangunan pelindung. IC/AND/XIV/14

Komentar Untuk Prasasti Blanjong, Jaya Stamba Raja Sri Kesari Warmadewa